Selasa, 27 April 2010

Jurnal KKN (Part 1) Ekspedisi Sayang Heulang (Sebuah Perjuangan Mencapai Puncak)

Tgl 14 Februari tepatnya hari ke-5 Kuliah Kerja Nyata (KKN), saya dan teman-teman satu kelompok berencana pergi ke pantai, karena di Garut Selatan khususnya Pemungpeuk merupakan daerah yang dekat dengan beberapa pantai yang katanya masih asli dan mempunyai pemandangan yang indah. Karena aktifitas KKN belum mulai berjalan maka kami memanfaatkan hari minggu ini untuk bercengkrama dengan alam “Sekaligus observasi lingkungan” kata temanku Ai menimpal.

Pantai Sayang Heulang, pantai yang terletak di daerah Mancagahar ini katanya tidak begitu jauh dari desa dimana kami tinggal, Mandala Kasih. Hanya menembus 2 km dengan jalan pintas lewat pematang sawah kita dapat dengan mudah sampai ke pantai tersebut.

Saya dan teman-teman saya pun bergegas pergi dari pikul 06.00 pagi dinihari, terlalu pagi memang. ”Tapi jika kita menunggu siang cuacanya akan panas, apalagi di pantai ”Ungkap Dadan, ketua kelompok kami. Karena daerah Pemungpeuk ini memang sangat panas walaupun ketika musim hujan. Kami pun mulai berangkat memakai jalan pintas yang di katakan oleh penduduk setempat, ya lumayan mengirit “kantong” juga dari pada harus naik kendaraan.

Ada beberapa hal yang menjadi kepercayaan di daerah yang masih kental dengan nuansa mistik ini. Masyarakat setempat berasumsi bahwa konon katanya orang Bandung dilarang untuk berenang atau bermain ombak di bibir pantai, karena bisa jadi ia akan tenggelam dan termakan ombak. Jangan Tanya alasannya mengapa, karena mereka pun tidak tahu. Walaupun begitu mereka meyakininya sebagai sebuah fenomena mistis yang membudaya di Pamungpeuk ini.

Selama perjalanan kami nikmati dengan santai, kami melewati areal pematang sawah yang di kerumuni masyarakat sekitar, maklum saja tahun ini musim panen jadi mereka sibuk menuai padi. Pemandangan ini seperti mengingatkan saya pada film-film Sunda yang kental nuansa desanya seperti “Kabayan” (He….he..). Pemandangan asri yang takkan pernah kita temui di kota ini begitu indah ditambah lagi suasana pagi yang sejuk membuat kami makin bersemangat untuk cepat-cepat sampai ke pantai. Bayangan sebuah pantai dengan ombak yang menari-nari sudah menggeliat manja di benak kami.

Setelah satu jam menempuh perjalanan, kami memasuki areal yang dipenuhi dengan pohon tembakau, setengah hutan sepertinya, namun ada sebuah danau disana. Kami bingung kearah mana kami harus berjalan, karena semua jalan terlihat buntu dan di hadapan kami hanya ada sebuah danau dan bukit. Kami tercengang satu sama lain dan berpikir apakan kami benar-benar nyasar? Farid bilang anak kelompok 30 pun katanya kemarin lewat sini.
“Apa tidak salah?”pikir saya

Kita harus melewati areal setengah hutan ini dan naik ke atas bukit untuk sampai ke pantai. Saya dan teman-teman puteri lainnya tercengang dan saling berpandangan. Sebelum mencapai bukit kita harus melewati areal setengah rawa dan mencopot sepatu karena airnya mencapai betis. Teman saya yang kerap dipanggil “Bundo” terpaksa harus mundur, ia tak sanggup melanjutkan perjalanan ini. ”Terlalu berisiko” tuturnya, lagi pula anak-anak cowok pun tidak tahu letaknya dimana karena mereka juga sebelumnya tak pernah melewati jalan ini.

Apa yang kami pikirkan saat itu? Kita hanya meraba-raba daerah yang belum pernah kami jamah sebelumnya, namun sepertiga perjalanan ini telah kami lewati. Rasanya sayang apabila harus kembali lagi ke Posko dan otak kita akan dipenuhi rasa penasaran akan Pantai Sayang Heulang yang penuh misteri ini. Tanpa pikir panjang saya dan teman-teman saya bergegas melanjutkan perjalanan walau dengan resiko yang berbahaya, setelah melewati daerah setengah rawa kami menaiki dua bukit dibawah terik sinar matahari. Lelah memang, tapi rasa ingin tahu yang mendalam ini membuat kami tertantang untuk terus maju. Akhirnya setelah menempuh 2 jam perjalanan, kami melihat hamparan air biru di ujung mata kami, seperti fatamorgana. Awalnya kami tak percaya apa yang kami lihat, namun sedikit demi sedikit kami mulai mendekat, dan ternyata……….Sayang Heulang Beach. Tak ada kata yang ingin di ucapkan kecuali “Alhamdulillah, akhirnya sampai juga” decak kami terkagum.

Puas, senang, lelah, dan berbagai macam rasa bercampur menjadi satu. Inilah sebuah perjuangan, memang membutuhkan banyak pengorbanan, waktu, tenaga, pikiran, dan satu lagi jangan pernah merasa putus asa. Karena sikap tersebut yang mendorong kita untuk tetap sabar dan membuat kita kokoh walaupun hakikatnya kita rapuh. Harga kesuksesan sangatlah mahal, janganlah terpaku pada seberapa banyak kita harus melewati sebuah bukit dan rawa namun berpikilah focus pada tujuan kita. Karena tujuan tersebut mendorong kita agar terus maju dan maju. So, Don’t give Up N Reach Ur dreams!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar